Sastra dalam naungan Al-quran
Ditulis
KangMas Damas
Rabu, 22 Januari 2014
Edit
Al- quran merupakan sumber inspirasi terbesar dalam sejarah peradaban, tak terkecuali sastra yang didalam nya memuat ribuan sajak- sajak berkualitas yang tak mampu tertandingi oleh siapapun. penitik beratkan pada pola keindahan telah banyak menimbulkan decak kagum baik dari kalangan akademisi, politisi, dan yang paling utama kalangan sastrawan. dalam kajian yang lebih dalam, al-quran menyingkap ribuan masalah beserta solusinya yang diungkap secara apik dan mengutamkan sisi keindahan, kualitas dan segi perbendaharaaan kata. hal ini bisa terungkap dalam masa- masa awal dakwah Rasulullah di Makkah,
Kemukjizatan Al-Qur’an sangat terlihat pada
sisi-sisi sastranya. Kedahsyatan sastra Al-Qur’an saat itu bisa menyihir
manusia baik yang akhirnya menjadi mukmin seperti Umar bin Al-Khattab
maupun yang akhirnya tetap kafir seperti Al-Walid bin Al-Mughirah.
Tidaklah aneh jika Sayyid Quthb menyebutnya sebagai sihir Al-Qur’an yang
tak terkalahkan. Tidaklah mengherankan apabila pada periode Makkah
Al-Qur’an sangat menonjolkan sisi-sisi sastranya, sebab masyarakat
Makkah saat itu sangat mahir dalam dunia sastra. Bahkan konon para
penyair Makkah sudah terbiasa menggubah syair-syair yang indah secara
spontan.
Kekuatan sastra
Al-Qur’an merupakan faktor yang sangat penting bagi masuk Islamnya
generasi awal dakwah Nabi. Hal ini berbeda dengan masuk Islamnya
generasi-generasi selanjutnya, yang bisa jadi karena simpati mereka
terhadap kesempurnaan syariat Islam, karena mereka menyaksikan bahwa
Nabi selalu menang dan ditolong oleh Allah, karena terkesan dengan
akhlaq Nabi, atau karena sebab-sebab lain yang barangkali melibatkan
Al-Qur’an namun bukan sebagai faktor utama.
Memposisikan Alquran sebagai sebuah kitab sastra
telah melahirkan metode tafsir sastrawi atas Alquran. Model tafsir ini
dilandaskan pada gaya bertutur yang komunikatif karena banyaknya simbol
yang sarat makna pada ayat-ayat Alquran. Semua itu diandaikan dapat
mengantarkan penafsir pada makna yang terdalam dari teks Alquran. Inilah nsalah satu
respons akademik atas usaha untuk memuliakan teks Alquran, selain untuk
menyingkap kedok sebuah produk tafsir sebagai alat seorang penafsir
untuk melanggengkan kepentingannya sendiri.
Persajakan
Hampir seluruh ayat-ayat makkiyah menyerupai untaian bait-bait syair, yang salah satu cirinya ialah adanya kesamaan qafiyah
(rima). Sekedar sebagai contoh, kita bisa melihat surat Al-Naas,
Al-Ikhlash, Al-Qadr, Al-Syams, dan Al-Qadr. Hal lain yang cukup menarik
ialah bahwa dalam kebanyakan ayat pergantian sajak
senantiasa dibarengi pergantian tema (kalau dalam prosa, mirip dengan
pergantian paragraf).
Inilah bukti kemajemukan bahasa sastra sebagai inspirasi sastra dunia yang patut kita baca setiap hari. yang tiak hanya kita bangga, tetapi kita juga harus mengamalkan sumber sajak- sajak paling mulia.
Sumber : http://menaraislam.com/content/view/64/26/
http://islamlib.com/?site=1&aid=565&cat=content&cid=11&title=pendekatan- kritik-sastra-terhadap-alquran
Belum ada Komentar untuk "Sastra dalam naungan Al-quran"
Posting Komentar