Sastra dalam naungan Al-quran

                      Al- quran merupakan sumber inspirasi terbesar dalam sejarah peradaban, tak terkecuali sastra yang didalam nya memuat ribuan sajak- sajak berkualitas yang tak mampu tertandingi oleh siapapun. penitik beratkan pada pola keindahan telah banyak menimbulkan decak kagum baik dari kalangan akademisi, politisi, dan yang paling utama kalangan sastrawan. dalam kajian yang lebih dalam, al-quran menyingkap ribuan masalah beserta solusinya yang diungkap secara apik dan mengutamkan sisi keindahan, kualitas dan  segi perbendaharaaan kata. hal ini bisa terungkap dalam masa- masa awal dakwah Rasulullah di Makkah,

                       Kemukjizatan Al-Qur’an sangat terlihat pada sisi-sisi sastranya. Kedahsyatan sastra Al-Qur’an saat itu bisa menyihir manusia baik yang akhirnya menjadi mukmin seperti Umar bin Al-Khattab maupun yang akhirnya tetap kafir seperti Al-Walid bin Al-Mughirah. Tidaklah aneh jika Sayyid Quthb menyebutnya sebagai sihir Al-Qur’an yang tak terkalahkan. Tidaklah mengherankan apabila pada periode Makkah Al-Qur’an sangat menonjolkan sisi-sisi sastranya, sebab masyarakat Makkah saat itu sangat mahir dalam dunia sastra. Bahkan konon para penyair Makkah sudah terbiasa menggubah syair-syair yang indah secara spontan.

                        Kekuatan sastra Al-Qur’an merupakan faktor yang sangat penting bagi masuk Islamnya generasi awal dakwah Nabi. Hal ini berbeda dengan masuk Islamnya generasi-generasi selanjutnya, yang bisa jadi karena simpati mereka terhadap kesempurnaan syariat Islam, karena mereka menyaksikan bahwa Nabi selalu menang dan ditolong oleh Allah, karena terkesan dengan akhlaq Nabi, atau karena sebab-sebab lain yang barangkali melibatkan Al-Qur’an namun bukan sebagai faktor utama.

                         Memposisikan Alquran sebagai sebuah kitab sastra telah melahirkan metode tafsir sastrawi atas Alquran. Model tafsir ini dilandaskan pada gaya bertutur yang komunikatif karena banyaknya simbol yang sarat makna pada ayat-ayat Alquran. Semua itu diandaikan dapat mengantarkan penafsir pada makna yang terdalam dari teks Alquran. Inilah nsalah satu  respons akademik atas usaha untuk memuliakan teks Alquran, selain untuk menyingkap kedok sebuah produk tafsir sebagai alat seorang penafsir untuk melanggengkan kepentingannya sendiri. 

Persajakan

                      Hampir seluruh ayat-ayat makkiyah menyerupai untaian bait-bait syair, yang salah satu cirinya ialah adanya kesamaan qafiyah (rima). Sekedar sebagai contoh, kita bisa melihat surat Al-Naas, Al-Ikhlash, Al-Qadr, Al-Syams, dan Al-Qadr. Hal lain yang cukup menarik ialah  bahwa dalam kebanyakan ayat pergantian sajak senantiasa dibarengi pergantian tema (kalau dalam prosa, mirip dengan pergantian paragraf).   

                    Inilah bukti kemajemukan bahasa sastra sebagai inspirasi sastra dunia yang patut kita baca setiap hari. yang tiak hanya kita bangga, tetapi kita juga harus mengamalkan sumber sajak- sajak paling mulia. 

   Sumber  : http://menaraislam.com/content/view/64/26/

                   http://islamlib.com/?site=1&aid=565&cat=content&cid=11&title=pendekatan-    kritik-sastra-terhadap-alquran

 

Belum ada Komentar untuk "Sastra dalam naungan Al-quran"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel