Ketergantungan impor kedelei, Realita di negeri Tempe..

Sebagian besar masyarakat Indonesia, hampir setiap hari tak lepas dari tempe sebagai hidangan dimeja makan. Makanan fermentasi ini merupakan makanan asli Indoensia yang telah diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia zaman dulu.

Hal ini dapat kita lihat dalam naskah Jawa Kuno Serat Centhini yang dibuat pada abad ke-19, tempe diceritakan dalam kurang lebih di lima jilid dari total 12 jilid Serat Centhini. Dalam Serat Centhini tercantum naskah yang menceritakan sambal tempe, tempe goreng, tempe bacem. Ada juga cerita tempe mentah yang dikisahkan disantap bersama kecambah dan sambal yang dibuat dari parutan kelapa. Selain untuk makan sehari – hari, tempe berguna sebagai makanan yang disuguhkan untuk hajatan. Namun sayangnya sejarah kapan tempe itu pertama kali diciptakan dan dinikmati oleh masyarakat Jawa tidak ada data yang jelas. Sebab tempe sudah ditemukan ribuan tahun yang lalu. Proses pembuatan tempe berasal dari daerah yang sekarang Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Namun siapa sangka bahwa makanan asli orang Indonesia tersebut, yakni kedelai yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan tempe masih bergantung kepada Amerika Serikat alias impor. Sungguh ironi.

Tak tanggung tanggung, hingga tahun 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang semester-I 2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai 510,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,52 triliun (kurs Rp 14.700). Sebanyak 1,14 juta ton di antaranya berasal dari AS. Data Gabungan Asosiasi Koperasi Tahu- Tempe Indonesia (Gakoptindo), selain dari Amerika Serikat, kedelai yang dipasok untuk para pengusaha tahu dan tempe didatangkan dari Kanada, Brasil, dan Uruguai. Dikutip dari Harian Kompas, selama kurun sepuluh tahun terakhir, volume kedelai impor mencapai 2-7 kali lipat produksi kedelai lokal, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.

Nampaknya ketergantunngan akan tempe berimbas kepada ketergantungan kedelai yang merupakan bahan dasar pembuatan kedelai yang notabene Indonesia merupakan negeri agraris namun faktanya, kedelai masih impor. Ketergantungan tersebut lambat laun mulai dirasakan oleh beberapa lapisan masyarakat yang sebagian besar bergantung dengan tempe, seperti penjual gorengan, ibu rumah tangga dan produsen pembuatan tempe.

Menyambut tahun baru 2021, masyarakat diresahkan dengan langkanya tempe dipasaran. Usust punya usut ternyata salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga kedelai ditingkat global. Harga kedelai telah mengalami beberapa kali kenaikan selama pandemi covid-19. Normalnya, harga kedelai di kisaran Rp 6.100-6.500 per kilogram (Kg), kini naik menjadi sekitar Rp 9.500/Kg. Kenaikan harga kedelai dipicu oleh tingginya permintaan kedelai dari China. Negeri bambu mengambil jatah impor terbanyak dari Amerika Serikat (AS) selaku eksportir kedelai terbesar dunia.

Pada Desember 2020 permintaan kedelai China naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah, sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu rendahnya produksi kedelai lokal di Indonesia. Berikut penyebab rendahnya produksi kedelai lokal di Indonesia.

1. Luas tanaman kedelai terus berkuang saat ini
  Indonesia hanya mempunyai 570 ribu hektar lahan kedelai. Dengan jumlah 
  lahan yang terbatas,Indonesia hanya bisa memproduksi kedelai pertahunnya 
  rata-rata 700-800 ribu ton dari total kebutuhan kedelai sebesar 2,5 juta. 
  Artinya impor kedelai Indonesia sebesar 1.7 juta atau sebesar 68% kebutu-
  han kedelai Indonesia.
2. Produktifitas kedelai lokai rendah
  Rata-rata setiap hektar lahan kedelai di Indonesia saat ini hanya mampu 
  memproduksi 1,5 ton. Sementara di Amerika Serikat produksi kedelai setiap 
  hektar lahan bisa mencapai 3 ton hingga 3,5 ton. Salah satu penyebab
  rendahnya produktifitas kedelai lokal adalah tidak adanya ketersediaan 
  subsidi pupuk dan pemberian benih kedelai varietas unggul ke petani. 
  Selain itu, kedelai lebih cocok ditanam di negara sub tropis. Indonesia 
  sebagai negara tropis tak bisa menghasilkan kedelai sebagus negara
  subtropis, seperti Amerika Serikat.
3. Kualitas kedelai lokal rendah
  Dari segi kualitas, kedelai lokal masih kalah bersaing jika dibandingkan 
  dengan produksi kedelai diluar negeri. Para produsen tahu dan tempe lebih 
  senang kedelai impor karena besar-besar. Kalau kedelai lokal kecil-kecil 
  sehingga berpengaruh terhadap ukuran tahu dan tempe.
4. Harga jual kedelai lokal rendah
  Harga kedelai lokal saat panen di tingkat petani cukup rendah. Hal ini mem-
  buat petani enggan dan tidak bersemangat menanam kedelai lokal. Para peta-
  ni lebih memilih menanam padi atau jagung ketimbang kedelai.
5.Pembebasan bea masuk impor kedelai
  Pemerintah telah membebaskan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan di da-
  lam negeri. Kebijakan ini membuat protektifitas kedelai lokal yang kurang 
  bisa bersaing dengan kedelai impor asal Amerika Serikat.

Ada beberapa upaya untuk meningkatakan produksi kedelai lokal di Indonesia. Berikut hal yang harus dilakukan.

1. Melakukan budidaya kedelai lokal

Pemerintah seharusnya membuat terobosan untuk melakukan budidaya kedelai lokal. Mendata dan menetapkan lahan mana saja yang bisa digunakan dan dipakai untuk menanam kedelai. Sehingga kedepan diharapkan pemerintah mempunyai peta dan gambaran tentang pertanian kedelai sehingga bisa dengan mudah memantau dan meningkatakan budidaya kedelai lokal dimasa mendatang.

2. Meningkatkan kualitas dan varietas kedelai lokal

Kualitas kedelai lokal sangat rendah jika dibandingkan dengan kedelai impor. Kedelai lokal kecil – kecil sedangkan kedelai impor besar – besar. Pemerintah bisa bekerja sama dengan lembaga riset untuk menciptakan varietas tanaman kedelai unggulan Indonesia sehingga kulaitasnya tidak kalah bersaing dengan kualitas kedelai impor.

3. Meningkatkan produktifitas kedelai lokal

Pertanian kedelai Indonesia masih mempunyai kendala jika dihadapkan dengan pertanian kedelai di luar negeri. Hal ini menjadi cerminan bagi Indonesia untuk bisa meningkatkan produktifitas kedelai lokal yang semula hanya mampu memproduksi 1,5 ton dalam satu hektar bisa ditingkatan dua kali lipat.

4. Pengelolaan kedelai dalam satu pintu

kejayaan kedelai Indonesia pernah terjadi pada era orde baru. Saat ini kedelai masih dikuasai dan dimonopoli oleh Bulog dimulai sejak 1979 - 1998 hampir 20 tahun dikelola dan monopoli oleh Bulog puncaknya pada tahun 1992- 1993 Indonesia sudah swasembada kedelai.

Sejak era reformasi, kebijakan distribusi tunggal kedelai diubah karena pemerintah menuruti saran IMF sebagai bagian dari paket penyehatan ekonomi nasional yang terpuruk akibat krisis ekonomi. Lembaga ini menuntut Indonesia membuka akses pada perdagangan bebas.Sejak saat itu, Bulog tidak lagi menangani kedelai dan negara membebaskan siapapun yang ingin mengimpor bahan baku tahu tempe ini. Alhasil, pasokan tetap terjaga, namun harga lebih fluktuatif sehingga merugikan pengrajin dan petani.

Ketergantungan impor merupakan masalah yang pelik yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, sudah berkali kali indonesia dibuat gelagepan jika menyangkut impor, kelangkaan dan sejenisnya. Konsep berdikari yang diusung para tokoh bangsa sejak dulu nampaknya hanya menjadi slogan belaka dna sejarah kejayaan hanya menjadi cerita belaka. Tak salah jika Bung Karno berkata bahwa Indoensia masih menjadi bangsa tempe, mudah diinjak injak oleh bangsa lain.



Sumber :

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2364356/kenapa-indonesia-ketergantungan-impor-kedelai-ini-sebabnya

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210105131307-92-589634/hkti-ungkap-alasan-ri-bisa-ketergantungan-kedelai-impor

https://www.merdeka.com/uang/ikuti-saran-imf-indonesia-ketergantungan-impor-kedelai.html

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190809152636-4-90968/belum-merdeka-ri-ketergantungan-tempe-jagung-dari-amerika

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3355413/kementan-setop-impor-kedelai-pada-2020

https://www.kompas.com/food/read/2020/09/12/190300175/sejarah-tempe-makanan-asli-indonesia-yang-mendunia?page=all

https://money.kompas.com/read/2020/08/23/071100726/ironi-indonesia-negeri-tempe-kedelainya-mayoritas-impor?page=all

Belum ada Komentar untuk "Ketergantungan impor kedelei, Realita di negeri Tempe.."

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel